MAKALAH : Ilmu Rijal Al-Hadits | Download File Document Fuill Foot Note lengkap dan Daftar Pustaka
Download Langsung Makalah Doc.
atau
Pelajari ilmu Agama : طَلَبُ الْعَلْمِ
MAKALAH
ILMU RIJALUL HADIST
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Ulumul hadits
Dosen
Pengampu: Muhammad Zainul Abidin M.A
Oleh
:
Kelompok 2
1.
Anton Abdul Basir
2.
Dede Syifa
3.
Muhamad Ilyas
4.
Iman Warisman
PRODI EKONOMI
SYARI’AH
Sekolah Tinggi
Agama Islam (STAI)
TASIKMALAYA
2016
KATA
PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kehadiratAllah S.W.T, karena
dengan rahmat dan karunia-Nya,kami kelompok 2
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ILMU RIJALUL HADITS sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata
kuliah ULUMUL HADITS. Dalam menyelesaikan makalah ini kami dibantu oleh
beberapa pihak. Untuk itu kami mengucapkan terima kasih kepada :
1.
H. Muhammad Zainul Abidin, M.A., selaku dosen mata kuliah Ulumul
Hadits.
2.
Seluruh teman-teman Ekonomi Syari’ah kususnya kelas B yang telah
memberi semangat pada kami.
Kami menyadari, makalah
ini masih jauh dari kesempurnaan.Untuk itu,kepada para pembaca, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun, demi
kesempurnaan penulisan berikutnya.
Mudah mudahan makalah ini bermanfaat bagi para pembaca untuk
menambah wawasan mengenai Sejarah Kodifikasi Hadits.
Tasikmalaya, 24 November 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN ILMU RIJAL AL-HADIS
B. KEGUNAAN ILMU RIJAL AL-HADIS
C. CABANG-CABANG ILMU RIJAL AL-HADIS
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Hadis
merupakan satu diantara dua pedoman hidup orang islam disamping al-Quran.
Definisi hadis sendiri adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi
Muhammad SAW baik berupa perkataan, perbuatan, persetujuan maupun
sifat-sifatnya.
Berbicara
mengenai hadis, tentu tidak bisa terlepas dari kata sanad dan matan. Mengingat
peran penting hadis bagi umat islam, maka hukum mempelajari ilmu yang berkaitan
dengan hadis menjadi penting juga. Matan yaitu penghujung sanad, yakni sabda
Nabi yang disebut sesudah sanad[1]. Sedangka sanad yaitu
silsilah (rentetan) rawi-rawi yang enukilkan matan dari asalnya yang pertama,
atau jalan yang dapat menghubugkan matan hadis kepada Nabi Muhammad SAW[2].
Dengan
mempelajari ilmu-ilmu yang berkaitan dengan sanad dan matan hadis bermanfaat
agar terhindar dari adanya penukilan yang salah dari sumbernya, yakni Nabi
Muhammad SAW.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian Ilmu Rijal al-Hadis?
2.
Apa kegunan Ilmu Rijal al-Hadis?
3.
Apa cabang-cabang Ilmu Rijal
al-Hadis?
C.
Tujuan Penulisan
1.
Untuk mengetahui apa pengertian dari Ilmu
Rijal al-Hadis
2.
Untuk mengetahui apa keguanaan Ilmu
Rijal al-Hadis
3.
Untuk mengetahui apa cabang-cabang Ilmu
Rijal al-Hadis
BAB II
PEMBAHASAN
Ada banyak istilah yang menyebut nama-nama
hadis sesuai dengan fungsinya dalam menetapkan syari’at Islam. Persyaratan itu
ada yang berkaitan dengan persambungan sanad, kualitas para periwayat yang
dilalui hadis dan ada pula yang berkaitan dengan kandungan hadis itu senriri.
Berbicara mengenai Hadis dalam arti “segala sabda,
perbuatan, taqrir, dan hal ihwal yang disandarkan kepada Nabi Muhammad saw.”
tidak terlepas dari pembicaraan mengenai sanad dan matan hadis itu sendiri.
Ilmu yang berkaitan dengan sanad akan mengkaji tentang apakah hadis itu
bersambung sanadnya tau tidak, dan apakah para periwayat hadis yang dicantumkan
dalam sanad hadis itu orang-orang yang terpercaya atau tidak. Sedang ilmu yang
berkaitan tentang matan membahas tentang informasi yang terkandung didalamnya
berasal dari Nabi atau tidak. Misalnya hadis tersebut bertentangan dengan dali
lain atau tidak[3].
Salah satu disiplin ilmu yang berpangkal pada
sanad adalah Ilmu rijal al-hadis, dan berikut penjelasannya.
A.
PENGERTIAN ILMU RIJAL AL-HADIS
Menurut
bahasa, kata rijal berarti para kaum pria. Sedang Rijal
al-Hadis berarti orang-orang disekitar hadis atau orang-orang yang
meriwayatkan hadis serta berkecimpung dengan hadis Nabi. Secara terminologi
ilmu ini didefinisikan dengan:
“ilmu yang
membahas tentang keadaan para periwayat hadis baik dari kalangan sahabat,
sahih, maupun generasi- generasi berikutnya.”[4].
Yaitu ilmu yang mempelajari tentang tokoh
atau orang yang membawa hadis, semenjak dari nabi sampai dengan periwayat
terakhir (penulis kitab hadis). Hal yang terpenting di dalam Ilmu rijal
al-hadis adalah sejarah kehidupan para tokoh tersebut, meliputi masa
kelahiran dan wafat mereka, negeri asal, negeri mana saja tokoh-tokoh itu
mengembara dan dalam jangka berapa lama, kepada siapa saja mereka memperoleh
hadis dan kepada siapa saja mereka menyampaikan hadis[5].
Ilmu rijal
al-hadis membahas keadaan para periwayat hadis semenjak para
sahabat, tabi’in, tabi’ al-tabi’in, dan generasi-generasi berikutnya yang
terlibat dalam periwayatan hadis. Didalamnya diterangka sejarah ringkas tentang
riwayat hidup para periwayat, guru-guru dan murid-murid mereka, tahun lahir dan
wafat, dan keadaan-keadaan serta sifat-sifat mereka. Jelasnya, ilmu ini
membahas tentang biografi paa periwayat, nama-nama, kunyah, lagab, dan
sebagainya. Didalamnya juga dicantumkan para periwayat yang dicantumkan
laqab-nya saja tetapi tidak dikenal nama aslinya dan para periwayat yang
memiliki dua laqab.
B.
KEGUNAAN ILMU RIJAL AL-HADIS
Ilmu ini membahas dan menerangkan hal ihwal
keadaan dan sejarah singkat kehidupan para rawi yang menerima hadis dari
Rasulullah yaitu sahabat para rawi yang menerima hadis dari sahabat yakni
tabi’in, para rawi yang meneima hadis dari tabi’in yakni tabi’it tabi’in dan
seterusnya. Disamping itu ilmu ini juga membahas tentang muhadlramin, mawaly
dan hal-hal yang berpautan dengannya[6].
Dari definisi yang telah dikemukakan, dapat
diketahui bahwa ilmu Rijal al-Hadisberkaitan dengan hal ihwal para
periwayat hadis. Karena itu, ilmu ini mengambil porsi tertentu dalam bahasan
ilmu hadis. Ilmu ini sangat diperlukan dalam penelitian sanad Hadis.
Dengan ilmu ini penelitian sanad Hadis dapat
dilakukan, karena ilmu ini merupakan data yang lengkap mengenai para periwayat
Hadis, baik biografi mereka,maupun kualitas pribadi mereka. Kiranya sulit
dibayangkan, kalau seseorang sekarang ini ingin meneliti sanad Hadis, tanpa
menggunakan ilmu ini, mengingat bahwa para periwayat itu sendiri sudah ribuan
tahun meninggal dunia.
Tujuan ilmu ini adalah untuk mengetahui
bersambung (muttashil) atau tidaknya sanad suatu hadis. Maksud persambungan
sanad adalah pertemuan langsung apakah perawi berita itu bertemu langsung
dengan gurunya atau pembawa berita ataukah tidak atau hanya pengakuan saja.
Semua itu dapat dideteksi melalui ilmu ini. Muttashilnya sanad ini nanti
dijadikan salah satu syarat kesahihan suatu hadis dari segi sanad.
Kemunculan Ilmu Rijal al-Hadis merupakan
buah dari berkembang dan menyebarnya penggunaan isnad serta banyaknya
pertanyaan tentangnya. Dan setiap maju zaman, maka makin banyak dan panjang
jumlah perawi dalam sanad. Maka perlu untuk menjelaskan keadaan perawi tersebut
dan memisah-misahkannya, apalagi dengan munculnya bid’ah-bid’ah dan hawa nafsu
serta banyaknya pelaku dan pengusungnya. Karena itu tumbuhlah ilmu Rijaal yang
merupakan suatu keistimewaan ummat ini di hadapan ummat-ummat lainnya.
Akan tetapi kitab-kitab tentang Ilmu
Rijal al-Hadis nanti muncul setelah pertengahan abad-2. Dan karya
tulis ulama yang pertama dalam hal ini adalah kitab At Tarikh yang ditulis oleh
Al Laits bin Sa’ad (wafat 175 H) dan kitab Tarikh yang disusun oleh Imam
Abdullah bin Mubarak (wafat 181 H). Imam adz Dzahabi menyebutkan bahwa Al Walid
bin Muslim (wafat 195 H) juga memiliki sebuah kitab Tarikh Ar Rijaal, lalu
secara berturut-turut muncul karya-karya tulis dalam ilmu ini, dimana sebelum masa
kodifikasi ini pembahasan tentang perawi hadis dan penjelasan hal ihwal mereka
hanya bersifat musyafahah(lisan), ditransfer sedemikian rupa oleh para ulama
dari masa ke masa.
Ilmu ini juga membahas periwayatan yang
tsiqah dan dha’if serta asal usul tentang periwayatan hadis. Ilmu ini menjadi
sangat penting dalam ilmu hadis karena ilmu ini berkaitan dengan sanad dan
matan sdang orang-orang yang terhubung dengan mata rantai sanad adalah para
periwayat hadis dan mereka itu adalah objek dari Ilmu rijal al-hadis[7].
Jadi dapat diketahui bahwa Ilmu Rijal
al-Hadis berguna untuk mengetahui tentang para perawi yang ada dalam
tingkatan sanad hadis. Dengan mengatahui para perawi itu akan dapat mencegah
terjadinya pemalsuan hadis, penambahan matan hadis, juga dapat mengetahui
tingkatan keshahihan tiap-tiap hadis yang ditemui.
Ilmu Rijal al-Hadis ini
lahir bersama-sama dengan periwayatan hadis dalam Islam dan mengambil
porsi khusus untuk mempelajari persoalan-persoalan di sekitar sanad. Ulama
memberikan perhatian yang sangat serius terhadapnya agar mereka dapat
mengetahui tokoh-tokoh yang ada dalam sanad. Ulama akan menanyakan umur para
perawi, tempat mereka, sejarah mendengar ( belajar ) mereka dari para
guru,disamping bertanya tentang para perawi itu sendiri. Hal itu mereka lakukan
demi mengetahui keshahihan sima’ yang dikatakan oleh perawi dan demi mengetahui
sanad-sanad yang muttashil dari yang terputus, yang mursal, dari yang marfu’
dan lain-lain.
Banyak hal yang menyebabkan sejarah para
periwayat hadis menjadi objek kajian dalam Ilmu Rijal Al-Hadis,
diantaranya adalah :
1.
Tidak seluruh hadis tertulis pada zaman Nabi
Hadis yang ada ditulis pada masa Nabi sangat
minim sekali, padahal yang menerima hadis sangat banyak orangnya. Hal ini
menyebabkan banyaknya terjadi kekeliruan dalam penyampaian hadis selanjutnya.
Hadis yang disampaikan itu kadang dalam penyampaiannya mengalami
perubahan-perubahan redaksi sehingga menyebabkan hadis tersebut menjadi rendah
tingkatannya. Oleh karena itu dalam masalah ini diperlukan pengetahuan tentang
para perawi yang ada dalam tingkatan sanad untuk menghindari
kesalahan-kesalahan tersebut.
2.
Munculnya pemalsuan hadis
Hadis Nabi yang belum terhimpunn dalam suatu
kitab dan kedudukan hadis yang sangat penting dalam sumber keajaran Islam, telah
dimanfaatkan secara tidak bertanggung jawab oleh orang-orang tertentu. Mereka
membuat hadis palsu berupa pernyataan – pernyataan yang mereka katakana berasal
dari Nabi, padahal Nabi sendiri tidak pernah menyatakan demikian. Untuk
itu Ilmu Rijal al-Hadis banyak membicarakan biografi para
periwayat hadis dan hubungan periwayat satu dengan periwayat lainnya dalam
periwayatan hadis agar menghindari terjadinya pemalsuan hadis.
3.
Proses penghimpunan hadis ( Tadwin )
Karena takut akan kehilangan hadis, maka pada
masa khalifah diadakan pengumpulan hadis dari seluruh daerah. Dalam melakukan
penghimpunan hadis ini, diperlukan pengetahuan tentang sejarah hidup para
perawi sehingga dapat diketahui kualitas hadis yang di himpun tersebut agar
tidak terjadi ketercampuran antara hadis yang lebih baik kualitasnya dari segi
sanad dengan hadis maudu’ maupun hadis dhaif dalam penghimpunan itu.
Inilah
beberapa factor yang menyebabkan di dalam Ilmu Rijal al-Hadis,
sejarah para periwayat menjadi objek kajian. Di sebabkan betapa pentingnya
pengetahuan tentang periwayat dalam hal-hal yang telah disebutkan diatas.
C.
CABANG-CABANG ILMU RIJAL AL-HADIS
Ilmu rijal al-hadis terdiri
atas dua pokok, yaitu:
1.
Ilmu
Tarikh ar-Ruwah
Yaitu ilmu
yang mempelajari para periwayat hadis dari segi yang berkaitan dengan
periwayatan hadis. Secara bahasa kata Tarikh al-Ruwah berarti
sejarah para periwaatan hadis. Menutur pengertian etimologis ini, Ilmu
Tarikh ar-Ruwah adalah ilmu yang membahas segala hal yang terkait
dengan para periwayat hadis. Dalam pengertian terminologis, ilmu ini difokuskan
pada pengetahuan tentang para periwayatan hadis dari segi keberadaan mereka
sebagai periwayat hadis bukan dari segi-segi lain dalam kehidupan mereka.
2.
Ilmu
al-Jarh wa at-Ta’dil
Yaitu ilmu yang menerangkan tentang cacat dan
keadilan para periwayat hadis menggunakan redaksi khusus dan membahas pula
tingatan-tingkatan redaksi itu. Ilmu ini pada dasarnya merupakan bagian dari
ilmu Rijal al-Hadis, tetapi karena ilmu ini membahas hal
penting dari kepribadian priwayat hadis maka dipandang sebagi ilmu yang berdiri
sendiri.
Ilmu al-Jarh wa at-Ta’dilini muncul
bersamaan dengan munculnya periwayatan hadis, karena untuk mengetahui gadis
sahih harus didahului dengan mengetahui periwayatnya, mengetahui pendapat
kritikus periwayat tentang jujur tidaknya periwayat sehingga memungkinkan dapat
membedakan hadis yang dapat diterima dan ditolak [8].
Dari kedua pokok ilmu rijal al-Hadits ini,
muncul pula cabang-cabang yang mempunyai ciri pembahasan tersendiri.
Cabang-cabang itu antara lain adalah:
1)
Ilmu Tabaqat ar-Ruwah, yaitu
ilmu yang mengelompokkan para periwayat ke dalam suatu angkatan atau generasi
tertentu.
2)
Ilmu al-Mu’talif wa al-Mukhtalif, yaitu
ilmu yang membahas tentang perserupaan bentuk tulisan dari nama asli, nama
samaran, dan nama keturunan para periwayat, namun bunyi bacaannya berlainan.
3)
lmu al-Muttafiq wa al-Muftariq, yaitu
ilmu yang membahas tentang perserupaan bentuk tulisan dan bunyi bacaan, namun
berlainan personalianya,dan
4)
Ilmu al-Mubhamat, yaitu
ilmu yang membahas nama-nama periwayat yang tidak disebut dengan jelas.
a.
Ta’rif Ilmu Rijalul
Hadit’s
Ilmu rijalul hadits, ialah: “Sejarah perawi-perawi
hadits madzhab-madzhab yang di pegang mereka yang dengan karena madzhab itu,
dapat di terima atau di tolak riwayat mereka, dan pegangan-pegangan mereka,
serta cara mereka menerima hadits”.
![]() |
Dengan ibarat lain boleh kita katakan: “Suatu
yang di dalam ilmu itu, dibahas tentang keadaan-keadaan perawi-perawi,
perjalanan hidup mereka, baik mereka dari golongan sahabat, golongan tabi’ien dan
tabi’ien-tabi’ien”. [9]
Pada ta’rif dan sejarah Ilmu Rijalul Hadits, Ialah :

“Ilmu yang membahaskan para perawi hadits, baik dari sahabat, dari tabi’in, maupun dari perangkatan-perangkatan sesudahnya”
Dengan ilmu ini dapatlah kita mengetahui keadaan para perawi yang
menerima hadits dari Rasulullah dan keadaan para perawi
yang menerima hadits dari sahabat dan seterusnya.
Di dalam ilmu ini di
terangkan “Tarikh ringkas” dari riwayat hidup para perawi, madzhab yang di pegangi oleh para perawi dan keadaan-keadaan paraperawi itu menerima hadits.
Sungguh penting sekali ilmu ini dipelajari dengan seksama,
karena hadits itu, terdiridari sanad dan matan. Maka mengetahui keadaan paraperawi yang menjadi sanad, teranglah separuh pengetahuan.
Kitab-kitab yang di susun dalam ilmu ini banyak ragamnya. Ada yang hanya menerangkan riwayat-riwayat ringkas dari para sahabat saja. Ada
yang menerangkan riwayat umum para perawi-perawi. Ada yang menerangkan perawi-perawi
yang dipercayai saja. Ada yang menerangkan riwayat-riwayat para perawi yang lemah-lemah, atau para mudallis,
atau para pembuat hadits maudu’.
Dan ada yang menerangkan sebab-sebab dicacat dan sebab-sebab dipandang adil dengan menyebut
kata-kata yang dipakai untuk itu serta martabat-martabat perkataan.
Ada yang menerangkan nama-nama yang serupa tulisan, beriman sebutan
yang di dalam ilmu hadits tersebut Mu’talif dan mukhtalif. Dan ada yang menerangkan nama-nama perawi yang sama namanya,
lain orangnya. Umpamanya, Khalil ibn Ahmad. Nama ini banyak orangnya. Ini dinamai Muttafiq dan Muftariq.
Dan ada yang menerangkan nama-nama yang serupa tulisan dan sebutan, tetapi berlainan keturunan dalam sebutan,
sedang dalam tulisan serupa. Seumpama Muhammad ibn ‘Aqil dan Muhammad ibn ‘Uqail. Ini dinamai Musytabah.
Dan adajuga
yang hanya menyebut tanggal wafat.
Di samping ituada
pula yang hanya menerangkan nama-nama yang terdapat dalam satu-satu kitab saja,
atau beberapa kitab saja.[10]
b.
Thabaqat
Rijalul Hadit’s
1. Ta’rif
Dalam
bahasa Thabaqat diartikan
:
“ kaum yang serupa atau sebaya”. Sedangkan menurut istilah Thabaqat adalah :
![]() |
“
Kaum yang berdekatan atau sebaya dalam usia dan dalam isnad atau dalam isnad
saja”.
Thabaqat
adalah kelompok beberapa orang yang hidup dalam satu generasi atau satu masa
dan dalam periwayatan atau isnad yang sama atau sama dalam periwayatan saja.
Maksud berdekatan dalam isnad adalah satu perguruan atau satu guru atau
diartikan berdekatan dalam berguru. Jadi para gurunya sebagian periwayat juga
para gurunya sebagian perawi yang lain.
Para
ulama membuat ta’rif Ilmu Thabaqat, ialah :
![]() |
“ Suatu ilmu pengetahuan yang dalam pokok
pembahasanya diarahkan kepada kelompok orang-orang yang berserikat dalam satu
alat pengikat yang sama”.
2. Objek
Ilmu
thabaqat itu adalah termaasuk bagian dari ilmu rijalu al hadis, karena obyek
yang dijadikan pembahasannya ialah rawi-rawi yang menjadi sanad suatu hadis.
Hanya saja masalahnya berbeda. Kalau di dalam ilmu rijal ulumul hadis para rawi
dibicarakan secara umum tentang hal ihwal, biografi, cara-cara menerima dan
memberikan al hadis dsb, maka dalam ilmu thabaqat menggolongkan para rawi
tersebut dalam satu atau beberapa golongan, sesuai dengan alat pengikatnya.
Misalnya rawi-rawi yang sebaya umurnya, di golongkan dalam satu thobaqat dan
para rawi yang seperguruan, mengikatkan diri dalam satu thabaqat pula.[11]
3. Urgensi
Faedah
mengetahui thabaqat sahabat dan tabi’in ialah untuk mengetahui ke-muttasil-an
atau ke-mursal-an suatu hadis. Sebab suatu hadis tidak dapat di tentukan sebgai
hadis muttasil atau mursal, kalau tidak diketahui apakah tabi’iy yang
meriwayatkan hadis dari sahaby itu hidup segeneraasi atau tidak. kalau seorang
tabi’iy tidak pernah hidup segenesrasi dengan sahaby, sudah barang tentu hadis
yang diriwayatkannya itu tidak muttasil, atau apa yang di dakwahkan sebagai
sabda atau perbuatan nabi itu adalah mursal.[12]
4. Tokoh dan kitab
Kitab-kitab
thabaqat ar ruwwah yang ditulis oleh para ulama sebanyak duapuluhan lebih
sedikit. Diantara kitab-kitab tersebut yang termashur ialah:
a. At-thabaqatu Al Kubra karya Muhammad bin
sa’ad bin mani’ al-hafidh Katib Al Waqidy (168-230H).
b. Thabqatu Al Ruwwah karya Al Hafidh Abu ‘Amr
Khalifah bin Khayyath Ass-syabani (240H).
c. Thabaqatu At-Tbi’in Karya Imam Muslim Bin
Hajjaj Al-Qusairy (204-261H).
d. Thabaqatu Al Muhaditsin war Ruwwah Karya
Nu’aim Ahmad bin Abdullah bin Ahmad Al-Asybihany (336-430H)
e. Thabaqatu Al Hufazh oleh Al HAFID Syamsuddin
Adz-dzahaby (673-748H).
f. Thabaqatu Al Huffazh oleh Jalaludin
As-Syuyuthi (849-911H).
5. Tingkatan thabaqat
Menurut
Ibnu Hajar Al Asqolani Thabaqat para perawi hadits sejak masa shahabat sampai
pada akhir periwayatan ada 12 thabaqat yaitu sebagai berikut ;
1.
Shahabat dengan berbagai tingkatannya.
2.
Tabi’in senior seperti Sa’d bin al-Musayyab.
3.
Tabi’in Pertengahanseperti al-Hasan dan Ibn Sirin.
4.
Tabi’in Dekat pertengahan seperti Az-Zuhri dan Qatadah.
5.
Tabi’in yunior tetapi tidak mendengar dari seorang shahabat Seperti al-A’masy.
6.
Hadir bersama Tabi’in yunior tetapi tidak bertemu dengan seorang shahabat
Seperti Ibn Juraij.
7.
Tabi’ Tabi’in senior Seperti Malik bin Anas dan Sufyan Ats-Tsauri.
8.
Tabi’ Tabi’in pertengahan Seperti Ibnu Uyaynah dan Ibnu Ulayyah.
9.
Tabi’ Tabi’in yunior seperti Yazid bin Harun, Abu Dawud, Ath-Thayalisi , abdur
Razaq dan Asy-Syafi’i.
10.
Murid Tabi’ Tabi’in senior yang tidak bertemu dengan Tabi’in Seperti Ahmad bin
Hanbal.
11.
Murid Tabi’ Tabi’in pertengahan dari mereka Seperti Adz-Dzuhali dan Al-Bukhori.
12. Murid Tabi’ Tabi’in yunior dari mereka
Seperti At-Tirmidzi dan di samakan denganya sebagian guru dari Imam enam yang
agak terakhir meninggalnya seperti sebagian guru-guru an-Nasa’i.[13]
BAB III
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Ilmu Rijal
Al Hadis adalah suatu cabang ilmu dalam ilmu hadis yang
membahas tentang para perawi hadis untuk mengetahui kapasitasnya sebagai perawi
hadis.Ilmu ini memiliki objek kajian yang sangat jelas yaitu tentang kisah
hidup para periwayat yang meriwayatkan hadis Nabi.
Kisah
hidup para perawi menjadi objek pembahasan dalam ilmu ini dikarenakan berbagai
factor, diantaranya :
1.
Tidak seluruh Hadis ditulis pada masa Nabi
2.
Terjadinya pemalsuan Hadis
3.
Proses penghimpunan Hadis
Hal ini
dikarenakan, dalam hal diatas sangat memerlukan pengetahuan tentang perawi
Hadis tersebut untuk menghindari kesalahan maupun kecacatan dalam periwayatan
hadis.
Ilmu Rijal
al-Hadis ini lahir bersama-sama dengan periwayatan hadis
dalam Islam dan mengambil porsi khusus untuk mempelajari
persoalan-persoalan di sekitar sanad.
B.
SARAN
Penulis
sangat menyadari akan kekurangan-kekurangan yang ada pada makalah ini. Baik
dari segi ilmunya maupun dari segi penulisannya. Itu semua disebabkan kurangnya
referensi yang digunakan dan kurangnya pengalaman penulis. Untuk itu, apabila
ada kritik maupun saran dari pembaca yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan, agar di penulisan berikutnya penulis dapat memperbaikinya.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Ash-Shiddieqy,
Muhammad Hasbi, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits, (Semarang:
Pusaka Rizki Putra, 2009), cet. 3, hlm.
[2]Ahmad,
Darodji, dkk., Pengantar Ilmu Hadits, (Semarang: Duta Grafika,
1985), hlm. 15.
[3]Zuhri,
Muh, Hadisn Nabi Telaah Historis dan Metodologis, hal. 117.
[4]Idri, Studi
Hadis, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), hal. 66-67
[5]Zuhri,
Muh, op.cit., hlm. 117.
[6]Ahmad,
Darodji, dkk., op. Cit., hlm. 30.
[7]Idri, op.cit., hlm.
67
[8]Ibid, hlm.67-71.
[9]Hasbi Ash-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits, PT Bulan Bintang,
Jakarta, 1991, hlm. 258.
[10] Ibid., 153-154.
[11] Muhammad Abdul Ghofir, 2014. ILMU THOBAQAH . Online (Thabaqat
Al Ruwah)https://alquranassyifa.wordpress.com/2014/01/02/ilmu-thobaqah-thabaqat-al-ruwah/, diakses tanggal Januari 2, 2014)
[1] Ash-Shiddieqy, Muhammad Hasbi, Sejarah dan
Pengantar Ilmu Hadits, (Semarang: Pusaka Rizki Putra, 2009), cet. 3,
hlm.
[2] Ahmad, Darodji, dkk., Pengantar Ilmu
Hadits, (Semarang: Duta Grafika, 1985), hlm.15.
[3] Zuhri,
Muh, Hadisn Nabi Telaah Historis dan Metodologis, hal. 117.
[4] Idri, Studi Hadis, (Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2010), hal. 66-67
[5] Zuhri,
Muh, op.cit., hlm. 117.
[6] hmad,
Darodji, dkk., op. Cit., hlm. 30.
[7] Idri, op.cit., hlm.
67
[8] Ibid, hlm.67-71.
[9] Hasbi Ash-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits, PT Bulan Bintang, Jakarta, 1991, hlm. 258.
[10] Ibid., 153-154.
[11] Muhammad
Abdul Ghofir, 2014. ILMU THOBAQAH . Online (Thabaqat
Al Ruwah)https://alquranassyifa.wordpress.com/2014/01/02/ilmu-thobaqah-thabaqat-al-ruwah/, diakses tanggal Januari 2, 2014)
[12] Muhammad
Abdul Ghofir, 2014. ILMU THOBAQAH . Online (Thabaqat
Al Ruwah)https://alquranassyifa.wordpress.com/2014/01/02/ilmu-thobaqah-thabaqat-al-ruwah/, diakses tanggal Januari 2, 2014)
[13] Muhammad
Abdul Ghofir, 2014. ILMU THOBAQAH . Online (Thabaqat
Al Ruwah)https://alquranassyifa.wordpress.com/2014/01/02/ilmu-thobaqah-thabaqat-al-ruwah/, diakses tanggal Januari 2, 2014)
MAKALAH : Ilmu Rijal Al-Hadits | Download File
4/
5
Oleh
AntonTasik